Tuesday, October 8, 2019

Kronologi Kejadian Viral Turis Ketipu Money Changer di Bali

Satu video pemandu wisata Bali viral di sosial media. Pria itu marah-marah ke petugas money changer yang dikatakannya telah menipu wisatawan.

Sosial media dikagetkan kembali dengan video viral dari pemandu wisata di Bali. Pria ini terekam marah-marah dalam suatu money changer, sebab faksi money changer menipu wisatawan yang menukar uang.

Lewat pembicaraan telpon, detikcom sukses wawancarai pemandu wisata itu, Selasa (8/10/2019). Bernama Bonik Ingunau, pria yang seharian kerja jadi pemandu wisata di Bali.

Insiden ini sebetulnya terjadi waktu lalu. Senin (30/9) lalu Bonik ada di dalam rumah sesudah mengantarkan pelancong. Seputar jam 00.30 malam, salah seseorang bekas kostumernya, Thomas, mengontak Bonik melalui Whatsapp.



"Thomas ini wisatawan asal Latvia, ia pernah ke Bali tahun kemarin. Tahun inilah kembali pada Bali bersama dengan 3 orang kawannya," narasi Bonik.

Melalui pesan Thomas menerangkan jika dianya ditipu oleh satu money changer di wilayah Kuta. Thomas menukarkan uang 300 Euro.

"Thomas tergiur menukar uang disana sebab rate-nya tinggi," lebih Bonik.

Sesudah dihitung, uang yang harusnya diterima Thomas ialah seputar Rp 4,6 juta. Thomas lihat sendiri jika uang yang dihitung sejumlah persetujuan.

Baca Juga : Belajar Agama Islam

Tetapi demikian sampai dalam tempat bermalam, Thomas terkejut bukan main. Uang yang diterimanya kurang dari persetujuan. Sesudah dihitung kembali, uang itu cuma sejumlah Rp 2,6 juta.

Tahu jika dia ditipu, Thomas minta pertolongan Bonik. Esok harinya, Bonik ajak Thomas untuk berjumpa dalam suatu pusat belanja. Bonik merencanakan untuk menolong Thomas yang telah ditipu oleh money changer.

"Dari Kuta, kami jalan kaki. Thomas sendirian, saya dengan Lando, rekan saya," tutur Bonik.

Sebelum pergi, Bonik telah membuat gagasan dengan Thomas. Thomas akan tiba kembali pada money changer itu untuk pura-pura menukar uang.

"Waktu Thomas hadir, si pegawai money changer itu keluar dari biliknya. Dia lihat kondisi seputar, apa bule ini hadir sendirian atau bersama dengan rekan," jelas Bonik.

Demikian kondisi di rasa aman, pegawai itu masuk kembali pada dalam bilik serta mulai mengalkulasi uang. Di sini Bonik hadir serta mendamprat pegawai itu.

"Saya ikutin dari belakang, seakan-akan tidak mengenal. Cocok ia ngitung uang, saya langsung meminta ia balikin uang yang tempo hari," papar Bonik.

Sang pegawai money changer terkejut. Seperti yang ada pada video, Bonik yang marah-marah membuat tidak dapat mengelak. Terus ditagih masalah uang 300 Euro tempo hari, Bonik minta Thomas untuk keluarkan semua uang yang ditukarnya tempo hari.

"Semula si bapak itu ingin menelpon orang dahulu, tetapi tidak saya kasih peluang. Bapak itu katakan tidak ada 300 Euro, jadi saya meminta rupiah semua," tutur Bonik.

Bonik menerangkan jika uang yang diterimanya tidak genap Rp 4,6 juta. Sebab tidak ada uang, Thomas cuma minta Rp 4,5 juta.

"Waktu insiden ini berjalan beberapa orang seputar hanya lihat. Mungkin mereka mengetahui tetapi tidak ingin ikut serta ," lanjut Bonik.

Sesudah insiden ini, Bonik mohon maaf serta pemahaman Thomas atas apa yang berlangsung menerpanya.

"Saya jelasin ke Thomas jika kami, orang Bali, tidak mengkehendaki ini. Ia menghargai pertolongan saya, ia meyakini jika orang Bali baik serta tidak lupakan saya," kata Thomas.

Bonik sendiri sudah lama jadi pemandu wisata Bali. Dia dapat dihubungi melalui account Instagram @bonik_balidriver. Thomas, si bule Latvia, masih berlibur di Bali sampai sekarang.

Sumber : https://santri.me/

Thursday, October 3, 2019

Ramai Transfer Gratis Pakai Fintech, Ancam Bisnis Bank?

Pengiriman uang ke bank lain memakai aplikasi fintech sekarang jadi lebih murah dan gampang. Walau sebenarnya pengiriman uang dari bank ke bank lain masih dipakai ongkos dari mulai Rp 6.500 - Rp 7.500 untuk tiap transaksi.

Lalu apa aplikasi ini jadi intimidasi untuk bank?



Direktur analisa CORE Indonesia Piter Abdullah menerangkan sekarang fintech yang memberi ongkos gratis untuk pengiriman uang share-nya masih kecil.

"Oleh karenanya, walau service fintech untuk pengiriman atau transfer uang gratis cukup ramai ditawarkan tetapi belum berefek relevan pada usaha bank," kata Piter waktu dihubungi detikcom, Jumat (4/10/2019).

Baca Juga : Cara Menghitung

Ia menjelaskan, dalam perubahannya ke depan, fintech pun tidak dapat terus menerus bakar uang. Yang akan bertahan nanti cuma fintech yang dapat memperoleh laba dari bisnisnya.

Selanjutnya di lain sisi perbankan harus juga lakukan pengembangan. Sekarang telah ada layanan perbankan yang melepaskan ongkos transfer dengan ketentuan serta ketetapan yang berlaku.

"Untuk hadapi kompetisi ini, bank harus lakukan banyak pengembangan. Tidak dapat duduk manis biarkan fintech terus berkembang sendirian, ini untuk service keuangan yang lebih baik," jelas ia.

Periset INDEF Bhima Yudhistira mengutarakan bank sekarang memang dituntut untuk cari penghasilan dari sela lainnya. Jangan cuma dari fee based ongkos transaksi.

"Kan banyak service fee based yang dibuat penghasilan untuk bank. Di sini utamanya pengembangan serta kreativitas," jelas ia.

Menurut Bhima apa yang ditawarkan fintech dalam pengiriman uang tanpa ada ongkos ini adalah taktik promo dengan arah untuk jadi besar market sharing nya.

Baca Juga : Rumus Menghitung

"Fintech kan bukan sekedar tawarkan satu produk, tetapi gabungan beberapa type penghasilan. Jika mereka menawarkan fee gratis untuk transfer, bisa saja mereka promo layanan lain yang ada income-nya, jadi taktik tutup rugi dengan mengambil untung dibagian lain," paparnya.

Perkembangan jumlahnya pemakai fintech memang tertera benar-benar mencolok. Berdasar data Bank Indonesia (BI), jumlahnya borrower atau peminjam per Mei 2019 tertera sampai 8,7 juta, jauh tambah tinggi dibandingkan Maret 2018 yang sekitar 1,03 juta borrower.

Tetapi dengan sumber pembiayaan perekonomian di Indonesia, bagian fintech sekarang masih kecil. Per Juni 2019, sumber pembiayaan ekonomi lewat fintech baru sebesar Rp 8,3 triliun, jauh dibandingkan credit bank yang sebesar Rp 5.228 triliun.